Baru
kali ini merasakan ulang tahun yang aneh. Menikmati kesendirian yang
betul-betul sendiri. Berdiri bukan di tanah kelahiran, bukan di rumah tinggal
sendiri, bukan di lokasi mencari rezeki keseharian, dan tidak di kelilingi oleh
orang-orang tercinta yang biasa mewarnai hari-hari saya.
Bogor,
tiba-tiba saya merasa terdampar di sini. Padahal ini bukan kali pertama saya
mengunjungi kota hujan ini. Tapi setiap ada tugas dinas, saya selalu singgah ke
rumah kakak yang kebetulan tinggal di Ciapus, lereng gunung salak. 3 hari ini, Seperti
biasa, dalam rangka menyelesaikan tugas dinas saya yang menjadi PR sejak tahun
2011 lalu, saya mampir ke Bogor, karena kebetulan harus konsultasi masalah peta
ke Bakosurtanal di Cibinong. Dan jum’at tanggal 22 juni sore semua tugas saya
selesai. Dengan girang hati saya pulang ke Ciapus, dan berencana mengawali umur
saya yang ke 32 dengan kakak di salah satu tempat nongkrong di kota Bogor. Rencana
tinggal rencana. Ketika sampai di rumah, kakak mengatakan harus pergi ke Blora
ikut suami dan keluarga besarnya menghadiri suatu acara di sana. Maka sedihlah
saya ketika saya sadar harus merayakan sehari penuh itu sendirian.
![]() |
birthday cake ala mba Heni . Foto : koleksi pribadi |
Tapi
ternyata tidak sepenuhnya begitu, tepat jam 12 malam, memasuki tanggal 23 Juni
kakak saya dan kakak ipar membawa sepiring nugget goreng, otak-otak, dan
kentang goreng yang disusun menggunung, dengan sebuah lilin di tengahnya. Lucu
rasanya di buat seperti itu, karena terakhir kakak membuat kejuatan kecil itu
entah berapa belas tahun yang lalu. Maka kami membuat pesta gorengan di kamar
bertiga saja dini hari itu. Dan ketika jam menunjukkan pukul 4 pagi, keluarga
kakak ipar dan kakak saya berangkat ke Blora untuk beberapa hari. Maka pagi itu
saya memulai hari dengan kesendirian di tanah orang :’(
Teringat
dengan rencana suami seminggu yang lalu untuk membelikan tiket ke Jogja, dan
merayakan hari jadi di Jogja bersama anak-anak. Tapi sekali lagi, rencana
memang kadang tak sesuai dengan kenyataan. Atau kita harus meyakini betul bahwa
rencana kita tak akan meleset, hehehe.. (berasa Tuhan deh).
Siang
hari saya memutuskan pindah ke Hotel untuk menghabiskan waktu di Bogor. Dan sesuatu
yang menyenangkan pun datang sore hari setelah saya bangun tidur. Teman twitter
saya @R_Gints, mengajak untuk ikut nimbrung di acara perpisahan sebuah
pesantren. Dan yang paling menyenangkan adalah saya bakal bertemu dengan
seseorang yang selama ini hanya bisa saya lihat di akun twitter, blog dan membaca
buku-buku karangannya, ya mataharitimoer \^_^/. kebetulan mas MT sebagai salah satu
pembimbing di pesantren itu, Darul Ulum namanya. Bukan kepalang senang saya
mendapat kabar itu.
Setelah
shalat magrib, saya menunggu teman menjemput. Tapi karena signal di kamar
kurang bagus, saya sedikit kesulitan berkomunikasi dengannya, mundurlah jam
kedatangan saya ke Darul ulum.
Sampai di lokasi, santri-santri sudah berkumpul dan siap melakukan pertunjukan. Panggung juga sudah berdiri disana. Dan tentu saja yang saya cari pertama kali adalah wajah seorang MT, karena jujur saja niat pertama saya memang ingin bertemua beliau, sekaligus beberapa teman yang selama ini sering berkumpul dengannya.
Dan
taraaaa... sang idola muncul menyambut kedatangan saya, kesan yang saya dapat
pertama kali adalah, sosok ramah seorang MT (hihihi...lebay). Senang rasanya
bisa ngobrol langsung, berhadapan dan sedikit bertukar fikiran tentang blog
yang baru ditutupnya beberapa hari yang lalu. Berkenalan dengan keluarga intinya
juga merupakan point plus buat saya terhadap MT.
Tarian
dan nyanyian mulai dipersembahkan. Mas MT yang berperan penting dalam kegiatan
ini, tidak bisa duduk diam menemani kami yang menyaksikan pertunjukan di
barisan depan. Bahkan mas MT sempat mempersembahkan sebuah lagu yang diiringi
santri Darul Ulum itu sendiri. Satu persatu teman-teman di lingkaran mas MT dan
@R_Gints datang. Masih lucu rasanya saya bertemu muka dengan mereka secara
langsung, karena selama ini saya hanya bisa menikmati wajah mereka dari layar
twitter, atau blog mereka masing-masing. Dan tawa renyah menjadi elemen yang menggembirakan.
Tapi yang paling menyenangkan, saya seolah dibawa kembali ke masa ketika saya
juga pernah menjadi santri di sebuah sekolah berasrama di kota Solo.
mas MT manggung. Foto : @R_Gints |
Pukul
23.30 WIB kami semua berpamitan. Acara persembahan malam perpisahan di Darul Ulum
selesai sudah, bertepatan dengan habis masa tanggal 23 Juni bagi saya (hahaha,
di pas-pasin). Bagi beberapa orang mungkin terlihat biasa saja. Duduk, kumpul,
ngobrol, liat orang nyanyi dan nari, selesai dan pamit. Tapi bagi saya hari ini
cukup berkesan, dan mungkin tidak akan terlupakan entah sampai kapan. Saya berdiri
sendiri di tanah orang, tapi saya di beri hadiah dari Allah lewat seorang teman
bernama Rudi Ginting untuk bertemu dengan seseorang yang sangat ingin saya
temui dari tahun 2008 lalu. Persembahan para santri itu juga saya anggap
sebagai hadiah buat saya, meskipun sebenarnya bukan, hehehe... tapi melihat
mereka menari dan menyanyi dengan kesungguhan, cukup membuat saya menerima itu
sebagai sebuah hadiah ulang tahun yang istimewa.
![]() |
Mas MT dan Mas Erfano. Foto : koleksi pribadi |
![]() | |
Bang Ginting dan Mas Erfano (always nampang, xixixi). Foto : koleksi Pribadi |
Terimakasih
abang Ginting, Kak May, Mba Tami, mas Adi, mas erfan, dan pastinya Mas MT
dengan keramahannya. Allah menggantikan kesepian dan rasa sendiri saya dengan
kehadiran tema-teman baru.
32
tahun yang indah buat saya. Semoga menjadi indah dalam menjalani hari-hari
kedepannya. Amien..
Selamat
tidur semua
@naizzira_
Alhamdulillah, semoga bisa main lagi jika ke bogor lagi ya. Jabat erat!
BalasHapusinsyaAllah mas... kalo ke Bogor lagi di kabarin :)
Hapus_sungkem_
Eh ada diriku....
BalasHapuseh, diriku juga ada, wkwkwk..
BalasHapus