Langsung ke konten utama

Berapa Jumlah followermu?

Sosial media saat ini sudah menjadi bagian gaya hidup. Tidak bisa di pungkiri, hal itu terjadi karena kemajuan zaman dan dunia teknologi yang terus berkembang. Mendapat teman baru adalah salah satu keuntungan lain bersosial media. Bahkan ada beberapa kejadian mendapat jodoh dari pertemanan di dunia maya ini, selain juga beberapa kejahatan yang sejajar dengan itu.
Saya pribadi merasakan hal itu. Beberapa teman baru saya dapatkan dari facebook dan twitter. Bahkan saya dengan mereka bisa menjadi teman untuk bertukar fikiran tentang beberap hal. Dan yang paling menyenangkan dari bersosial media adalah ketika bertemu kembali dengan teman-teman masa kecil atau teman sekolah di masa lalu, membangun sebuah group dan kita bisa melakukan reuni di udara. Tersusun berbagai rencana di sana, dapat menuangkan pendapat, usulan, lalu berkelanjutan dalam kopi darat (kopdar).
Lalu apa jadinya jika dunia sosial media menjadikan kita sebagai budak teknologi?
Saat ini, perangkat lunak dengan keluaran dari  telepon sellular yang bergenre biasa hingga smartphone, tablet, ataupun PC itu sendiri rata-rata sudah terkoneksi dengan baik dengan dunia sosial media. Phonesell berharga 500 ribu pun sudah mampu mengupdate atau memberi komentar pada status seseorang. Jadi komunikasi lebih mudah terjadi kapanpun dimanapun.

Lalu apa asiknya dunia socmed bernama twitter?



Menjadi bahasan menarik buat saya sendiri ketika dua orang teman saya duduk bersebelahan di depan saya, keduanya sedang membuka laman twitter di telepon sellular masing-masing. Berawal membahas berita terbaru, hal yang paling panas, gossip, sampai akhirnya menjadi sedikit bersitegang ketika masing-masing membandingkan follower yang mereka miliki. Si A berpendapat jika sudah lebih dari 2 tahun followernya tidak sampai lebih dari 2 digit berarti dia memang tidak menarik di dunia maya. Sedang si B beranggapan follower itu bisa datang jika di mention atau di minta untuk follow back. si A bersikeras jumlah follower itu penting untuk mengukur eksistensi seseorang sedang si B beranggapan follower hanya akan bertambah jika kita mengundangnya untuk follow back. akan tetapi keduanya memiliki perasaan kecewa yang sama ketika mereka tidak di follow back oleh akun yang di harapkan.
Tiba-tiba saya teringat dengan akun pribadi saya. Follower saya tidak banyak, karena memang baru aktif awal tahun 2012 ini. Akun lama tidak pernah saya tengok, dan password nya pun apa tak lagi saya ingat. Follower saya hanya berisi teman-teman sekolah dan kuliah, beberapa teman kantor yang sudah memiliki akun, juga teman-teman yang sudah lama berkomunikasi di facebook. Sedangkan teman-teman baru banyak yang berasal dari link ke link antar teman yang sudah saya kenal sebelumnya. Lalu saya buka lagi dari awal apa-apa yang sudah saya tulis, apa yang pernah saya obrolkan dengan teman yang menjadi follower dan saya follow juga. Saya tersenyum mengingat satu-satu kejadian dalam obrolan itu sendiri.
Bagi saya, bukan satu hal penting berapa banyak jumlah follower yang saya miliki, saya memaknai akun twitter itu berfungsi sebagai salah satu ajang komunikasi dan silaturahmi dengan teman-teman di dunia maya. Yang bisa menghubungkan kedekakatan antara saya dan lawan mention saya nun jauh disana. Yang bisa mempertemukan kembali dengan teman-teman lama dan menjadi ajang reuni ketika ada obrolan yang nyambung dengan beberapa akun lainnya. Dan saya bukan type orang yang harus selalu eksis membuat status dalam facebook atau twitter itu sendiri setiap saat. Buat apa saya memiliki banyak follower atau following yang tidak terlalu saya kenal, dan tidak membuat komunikasi baik.  Akan tetapi tidak di pungkiri ada rasa senang yang dimiliki ketika saya di follow back oleh orang yang saya kagumi. Bagi saya itu adalah bonus ketika saya memilih untuk ber-twitterland

Jadi tak ada untungnya meributkan berapa jumlah follower kita, atau harus berkecil hati ketika kita tidak di follow back oleh orang yang kita harapkan menjadi daftar follower. Sikapi saja akun twitter yang sudah kita miliki sesuai kebutuhan dan kepentingan kita masing-masing.



                                                                  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya dan Tata Ruang

Sumber : Album RTRW Kab. Empat Lawang, SumSel Tata ruang... Sampai sekarang pun saya belum bisa memahami secara detail tentang apa itu tata ruang, selain sesuatu yang menjadi tanggung jawab saya di kantor. Hanya yang saya fahami, tata ruang itu adalah wujud pola ruang dan struktur ruang. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Harga PNS

Sumber : Google image Hari ini saya dapat tugas dari Kepala Badan untuk melakukan perjalanan dinas ke Palembang, yang hari berikutnya terbang ke Jakarta untuk berkonsultasi di 2 kementrian, PU dan Bappenas. Lalu masih harus ke Bakosurtanal untuk berkonsultasi juga mengenai pemetaan Tata Ruang Wilayah kami yang belum Final.

Nasib RTRW kami di tangan Alex Nurdin

Sumber : Album Peta RTRW Kab. Empat Lawang 3 hari kedepan saya bersama seorang teman mendapat mandat Kepala Badan ke Palembang untuk mengikuti acara Sosialisasi Percepatan Peraturan Daerah tentang RTRW dan persiapan Pembangunan Kota Hijau sebagai program kelanjutan dari tata ruang itu sendiri.  Waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB ketika acara pembukaan di laksanakan. Ruangan masih lengang, dan semakin terasa kosong ketika bangku terlihat bolong-bolong, dengan jumlah mendekati 200 buah, dengan ruang aula yang luas. Sementra bangku hanya terisi tak lebih dari 60 orang. Tak seperti biasanya, acara tata ruang menjadi ajang pertemuan yang banyak diminati beberapa peserta daerah, karena sejak awal penyusunan Raperda (rancangan peraturan daerah) tentang tata ruang ini, perwakilan dari masing-masing kabupaten / kota seringkali bertatap muka, hingga akhirnya terbentuk suatu komunitas tata ruang dalam satu provinsi Sumatera Selatan. Namun tidak terjadi kali ini.