Langsung ke konten utama

Kota (kelahiranku) Wonosobo #1_landmark

Seminggu yang lalu, saya mengunjungi kota kelahiran saya, Wonosobo. Entah mengapa setiap ada kesempatan untuk kembali mengunjungi kota ini, pikiran selalu bergemuruh, tak sabar, dan membayangkan ketenangan disana. Wonosobo, bukan hanya tanah kelahiran. Tapi juga tempat saya mengenang banyak hal. Mulai dari masa kecil yang manis, alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan yang pasti makanan yang enak-enak :D

Sumber : unkwon
Wonosobo adalah sebuah kabupaten, yang jika saya umpamakan pulau Jawa itu adalah sebuah persegi panjang, Wonosobo adalah sumbu dari bentuk tersebut. Terletak diantara gunung Sindoro dan sumbing. Selain itu juga berada di lembah dataran tinggi Dieng. Wonosobo merupakan salah satu dari 35 (tiga puluh lima) kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah. Terletak antara 7°.43'.13" dan 7°.04'.40" garis lintang selatan (LS) serta 109°.43'.19" dan 110°.04'.40" garis bujur timur (BT), pada ketinggian 250 - 2.250 dari permukaan laut. Wonosobo berada di tengah wilayah Jawa Tengah, pada jalur utama yang menghubungkan Cilacap - Banjarnegara - Temanggung - Semarang dari Purwokerto - Yogyakarta lewat Secang Magelang. Karena letaknya di persimpangan jalur tersebut, Wonosobo merupakan jalur ekonomi dan jalur pariwisata di Jawa Tengah-DIY.
  
 Wonosobo memiliki landmark sebuah alun-alun yang luasnya ± 2500 m². Dikelilingi oleh beringin-beringin tua, besar, dan kokoh. Sekeliling alun-alun terdapat beberapa tempat duduk dan gazebo untuk bersantai. Alun-alun wonosobo tidak pernah sepi. Banyak hal dapat dilakukan disana, seperti olah raga, pramuka, beladiri, upacara-upacara besar atau tahunan negara, atau bahkan acara kesenian dan sosial. Pedestrian alun-alun dibuat sedemikian rupa menarik agar para pejalan kaki dan atau pesepeda nyaman melakukan kegiatan disana. Sekeliling alun-alun banyak pedagang kaki lima berjualan makanan khas dari sebagian kecil daerah di indonesia. Seperti batagor, cireng, atau es doger. Selain itu, terdapat pula pujasera “allure” yang berada tepat di seberang selatan alun-alun.

Sumber : koleksi pribadi
Setiap hari alun-alun ini selalu ramai pengunjung. Bahkan beberapa kali dijadikan sebagai lokasi syuting film lepas dari stasiun swasta. Untuk hari sabtu malam alun-alun menjadi tempat tongkrongan asik anak-anak muda atau kumpulan komunitas tertentu seperti pecinta vespa atau merk kendaraan tertentu. Minggu pagi juga tak kalah ramainya. Alun-alun menjadi pusat masyarakat wonosobo untuk berolah raga. Tentunya pedagang kaki lima tak ingin ketinggalan ikut meramaikan moment-moment tersebut. tentunya tak hanya alun-alun yang bisa membuat saya terpukau dan jatuh hati pada kota ini, masih banyak hal yang membuat saya nyaman. simak cerita saya berikutnya ya...



Komentar

  1. wonosobo yo meh ono kaos judule koloDT-shirt.... dongakne ndang launcing yo...

    BalasHapus
  2. wah, brarti entuk yo nek pesen siji... gratisan tapi, hahaha

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya dan Tata Ruang

Sumber : Album RTRW Kab. Empat Lawang, SumSel Tata ruang... Sampai sekarang pun saya belum bisa memahami secara detail tentang apa itu tata ruang, selain sesuatu yang menjadi tanggung jawab saya di kantor. Hanya yang saya fahami, tata ruang itu adalah wujud pola ruang dan struktur ruang. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Harga PNS

Sumber : Google image Hari ini saya dapat tugas dari Kepala Badan untuk melakukan perjalanan dinas ke Palembang, yang hari berikutnya terbang ke Jakarta untuk berkonsultasi di 2 kementrian, PU dan Bappenas. Lalu masih harus ke Bakosurtanal untuk berkonsultasi juga mengenai pemetaan Tata Ruang Wilayah kami yang belum Final.

Nasib RTRW kami di tangan Alex Nurdin

Sumber : Album Peta RTRW Kab. Empat Lawang 3 hari kedepan saya bersama seorang teman mendapat mandat Kepala Badan ke Palembang untuk mengikuti acara Sosialisasi Percepatan Peraturan Daerah tentang RTRW dan persiapan Pembangunan Kota Hijau sebagai program kelanjutan dari tata ruang itu sendiri.  Waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB ketika acara pembukaan di laksanakan. Ruangan masih lengang, dan semakin terasa kosong ketika bangku terlihat bolong-bolong, dengan jumlah mendekati 200 buah, dengan ruang aula yang luas. Sementra bangku hanya terisi tak lebih dari 60 orang. Tak seperti biasanya, acara tata ruang menjadi ajang pertemuan yang banyak diminati beberapa peserta daerah, karena sejak awal penyusunan Raperda (rancangan peraturan daerah) tentang tata ruang ini, perwakilan dari masing-masing kabupaten / kota seringkali bertatap muka, hingga akhirnya terbentuk suatu komunitas tata ruang dalam satu provinsi Sumatera Selatan. Namun tidak terjadi kali ini.